Sabtu, 31 Maret 2012

CEREWET

Semua lampu rumah sudah dimatikan, hanya lampu kamarku yang masih menyala…
Hmmm,, tidak bisa tidur. Setelah kejadian beberapa hari ini, kepalaku terasa sangat berat. Sejak aku putus dengan Mickey beberapa minggu yang lalu, setelah itu bertengkar dengan CEREWET (sahabatku) yang marah gara-gara aku bilang ingin balikan dengan Mickey. Ditambah lagi pilek yang tiba-tiba datang ini. Otakku seperti buntu. Tidak bisa berfikir apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Putus dengan pacar ataupun bertengkar dengan sahabat bagiku sama-sama menguras pikiran. MENYEBALKAN !!!
Karena sudah tak kuat lagi menahan pusing aku pun membaringkan tubuhku di ranjang. Menatap boneka yang terpajang rapi di dalam lemari kaca yang letaknya tepat berada di depanku. Tapi kemudian tatapanku terfokus pada boneka kecil pemberian dari sahabatku, Cerewet. Terbesit niat untuk mengambilnya, tapi niat itu ku urungkan setelah ku dengar HP ku bergetar. Ku ambil HP nokia butut yang berada di sampingku. 1 PESAN DITERIMA. Dari siapa? Bukankah setelah kejadian beberapa hari ini HP ku sepi terus? Dengan penasaran aku membuka pesan itu.
From : Cerewet
Aku tunggu di tempat biasa. Aku ingin kita bicara.
Aku langsung menoleh ke jam dinding di belakangku. 20.45. Dengan sigap ku ambil jaket merahku dan segera keluar kamar. “Ma, aku mau beli makanan dulu,” pamitku kepada mama yang mungkin sudah tidur. Tanpa membuang banyak waktu lagi ku ambil sepeda vederal yang ada di garasi.
5 menit kemudian aku sudah sampai ke taman tempat aku dan Cerewet nongkrong. Ku lihat cowok berjaket biru sedang duduk di bangku taman dan disampingnya ada sepeda vederal berwarna hitam. Tamannya sepi. Memang sudah malam, semua lampu rumah disekitar taman saja sudah mati. Semilir angin membuat malam semakin dingin.
“Hai,” aku menyapanya.
Dia menyuruhku duduk dengan isyarat mata. Tanpa menjawab salamku. :’(
“Aku minta maaf!” dia memulai pembicaraan. Wajahnya yang imut itu terlihat suram saat kata itu keluar dari mulutnya.
“Kenapa kamu marah?” tanyaku lirih sambil menatap bola matanya.
Dia tak menjawab. Kemudian dia memandangku dalam-dalam. Oh God,, tatapannya tajam sekali. Aku tak kuat melihatnya. Ingin pulang sajaaaaaaa…. Hiks..
“Kamu beneran masih cinta dengan Mickey?” pertanyaannya membuyarkan lamunanku.
Aku mengubah posisi. Ku putar pinggangku menghadap depan. Ku tatap bunga-bunga yang ada di depanku.. tatapan kosong. J
“Bawell ,” ucapnya lirih.. menyuruhku untuk segera menjawab pertanyaannya.
Aku menatapnya. “Aku bingung dengan perasaanku sendiri wet,” aku menunduk.
“Bingung kenapa?” dia memutar wajahku agar melihat wajahnya.
“Aku bingung perasaanku kepada Mickey itu perasaan cinta atau hanya rasa bersalah saja,” aku menjelaskan.
Dia melepas tangannya dari wajahku. Kemudian menatap lurus ke depan.
“Aku sayang kamu,” katanya pelan.
Aku diam. “Aku juga sayang kamu wet,” ungkapku dalam hati. Ku tatap bola matanya dalam-dalam. Ku temukan ketulusan di dalam sana.
Tapi kemudian aku berdiri. Tak bisa ku biarkan kata itu keluar dari mulutku. “Aku pulang dulu ya, anak kecil tidak boleh pulang lebih dari jam Sembilan,” aku tersenyum. :)
Dia diam. Tatapannya masih tetap lurus kedepan.
“Tapi kalo anak kecil itu berjuang demi cintanya sehingga pulang malam, apa juga tidak boleh?” katanya lagi. Aku berhenti. Mendengar kata-kata itu hatiku sakit. Entah karena aku masih bingung dengan perasannku atau karena aku memang sayang dengannya tapi tak bisa mengungkapkan. Malam itu terasa begitu mencekam. Dengan angin semilir yang berhasil menambah kacau suasana hatiku, ditambah lagi suara tetes air dari dedaunan yang membuatku begitu tertekan.
“Kenapa tidak jawab?” tanyanya lagi.
Aku menoleh. Tapi tak berani menatap matanya, aku hanya menunduk sambil meremas jemariku.
Dia mendekat. Langkah kakinya membuat detak jantungku semakin cepat. “Apa anak kecil juga tidak boleh memperjuangkan cintanya?” dia memegang kedua tanganku.
“Aku…. Aku…” aku gugup. Entah kenapa mulut ini tak mampu berbicara.
Diluar dugaan tiba-tiba dia memelukku. Air mataku pun tak mampu ku tahan lagi. “ aku sayang kamu Bawel,” ucapnya lembut sambil mengeratkan pelukannya.
“Aku.. aku juga sayang kamu cerewet,” jawabku gemetar. Ku rasakan detak jantungku semakin cepat. Begitupun detak jantungnya. Berada di pelukannya membuatku bisa merasakan detak jantung yang semakin lama seperti ingin loncat dari tempatnya.
Dia melepas pelukannya kemudian menatapku lagi. “hey, kenapa nangis? Dasar Cengeng,” celetuknya kemudian.
Aku cemberut. “Hey, ini namanya menjiwai, memangnya kau? Tidak punya perasaan sampai moment seindah ini saja tidak menangis. Dasar Lelaki !!” gerutuku kesal.
“Kau ini. Kenapa memarahiku seperti itu? Kalau tau begini aku tidak akan mengatakan perasaanku.”
“Apa? Kau bilang apa? Kau pikir aku tidak dengar?” Aku berkacak pinggang.
“hehe.. Maaf sayang !!” katanya sambil berlagak seolah-olah minta ampun.
“Aku marah,” ku alihkan pandanganku ke rumput-rumput yang berembun. Tak lagi ku pandang wajah jeleknya itu.:)
“Hey, kau ini seperti anak kecil saja,” katanya dengan dengan nada sedikit membentak.
“Memang anak kecil,” aku tetap tak menoleh.
“Tapi anak kecil tak boleh marah. Huh,” dia mulai kesal.
“Memangnya anak kecil tidak boleh marah untuk mendapatkan cintanya?” ucapku santai. Sambil melihat wajahnya yang terlihat OON itu. Haha. Saat kesal, selalu saja terlihat OON. J
Tiba-tiba dia menarikku agar lebih dekat dengannya. Sekarang jarakku dengannya tidak lebih dari 5 centi. Ya Tuhan !! apa yang akan terjadi malam ini?
“Kalau yang jadi anak kecilnya kamu, boleh-boleh saja,” dia menatapku sambil tersenyum. Euyyhh, senyumnya sangat manja. Apa yang ingin dia lakukan? Huh.
Dengan lembut dia pegang daguku. Sedangkan tangannya yang satu memelukku erat sekali.
“Haduh. Apa yang ingin dia lakukan?” batinku gelisah. Tapi tak bisa berbuat apa-apa. Aku tak bisa menolak pelukan hangatnya. Ketulusan yang dipancarkan bola matanya membuatku sangat nyaman berada dipelukan itu. Lalu aku pun pasrah. Ku pejamkan mataku sambil berdo’a, Jika memang harus begini biarkan ini menjadi dosa terindah Tuhan. :D :D :D
Tapi tiba-tiba…
“Heii. Cewek jelek. Kenapa kau memejamkan mata?” suara Cerewet membuatku kaget dan akhirnya kubuka mataku.
“Maksudmu?” aku melepas pelukannya dengan kikuk.
“Haha. Kau pikir aku akan menciummu ya? Dasar otak jorok,” ejeknya.
Heh??? TOENG !!!!
“Kalau bukan untuk itu buat apa kau pegang daguku?” aku tambah kikuk..
“Lihat tuh dagumu, ada coklat yang nempel. Kau ini makan seperti anak kecil saja.” Cerewet menjelaskan. Reaksinya sangat mengejek. Hhuhu. Padahal kalau memang beneran ciuman dia juga pasti mau. DASAR !!! Sok gengsi saja tuh orang. hiks..
“Sudah punya KTP belum? Belum punya KTP saja sudah mau ciuman,” ucapnya lagi. Di bibirnya ada senyum yang mengembang. Tepatnya senyuman mengejek.
Aku diam. Tak kuat menahan malu juga kesal. Tak ku pedulikan coklat yang menempel di daguku. Biar saja. Aku tak peduli. Mau ada coklat di dagu kek, di pipi, di hidung. AKU TIDAK PEDULIIIIII…..  ARRRRgggggggghhh… Malu banget !!!!
Dia yang tau aku diam saja kemudian mendekatiku. Dia usap coklat yang ada di daguku dengan lengan jaketnya. Kemudian di rapikan poni ku yang sudah berantakan karena adegan pelukan yang ternyata bukan untuk ciuman tadi. :(
“Sayang, cinta itu tidak harus diungkapkan dengan ciuman,” dia tersenyum lagi.
Aku menatapnya. Kali ini serius. Aku bener-bener nyaman di dekatnya. “SARANGHEYO CEREWET,” aku memeluknya. Bersandar di dadanya. Mendengar detak jantungnya membuatku sangat tentram.
“SARANGHEYO juga BAWEL,” dia membalas pelukanku.
Tak lama kemudian ku rasakan HP ku bergetar. MAMA !!! MAMA NELFON. MAMPUS !!
“Siapa?” tanya cerewet saat melihat wajahku panic.
“Mama,” jawabku miris.
“Angkat saja,” suruh cowok yang sekarang sudah jadi pacarku itu.
Aku ikuti perintahnya. Ku tekan tombol hijau untuk menjawab panggilan mama. “Iya ma?” jawabku.
“Anakku sudah punya pacar ya sekarang?” tanya mama.
“Hah? Maksud mama?” aku mengerutkan kening.
“Lihat ke belakang sayang,” suruh mama dengan nada ke-ibuannya.
Ku tengok ke belakang. Dan ASTAGA !!! Disana kulihat mama, papa dan kakak berdiri dengan jarak 10 meter dari kami.
“Kalau pacaran yang sehat ya?” teriak kakakku dari tempatnya berdiri.
Aku tersenyum. Begitupun Cerewet. Entah dari mana keluarga ku bisa tau semua itu. Mungkin sudah mengikuti ku dari tadi dan mendengar semua percakapanku dengan Cerewet. Tapi biarlah, aku tak peduli. Yang penting aku sangat bahagia. Kemudian cerewet memelukku sambil tersenyum kepada mama, papa dan kakak.. INDAH… :):):)